Wednesday 25 September 2013

Prasasti Lubuk Layang, Pasaman

Prasasti Lubuk Layang, Pasaman
Oleh: Dodi Chandra



Prasasti Lubuk Layang terletak di Jorong Simpang IV, Desa Kubu Sutan, Kecamatan Rao Selatan, Nagari Lubuk Layang, Kabupaten Pasaman pada koordinat 00° 31’ 277’’ LU dan 100° 03’ 768’’ BT. Lokasinya terletak sekitar 25 m di sisi tenggara jalan yang menghubungkan Dusun Kubu Sutan dengan Kecamatan Rao. Prasasti  tersebut terletak di tengah-tengah areal pemakaman umum, berbatasan dengan pemukiman penduduk di sebelah timur dan barat serta aliran Sungai Tingkarang di sebelah selatan. 

Foto: Lokasi Prasasti Lubuk Layang (Koleksi Pribadi: 2013)

Prasasti ini ditulis pada sebuah lempengan batuan sandstone yang kondisinya saat ini dalam posisi miring karena sebagian terbenam dalam tanah. Ukuran lempengan prasasti yang tampak di permukaan adalah panjang 85 cm, sedangkan sisi lainnya dalam kondisi terbenam dan menyisakan permukaan batu sepanjang 43 cm. Lebar batu adalah 42 cm dan tebal 16 cm. Di bagian atas batu prasasti tersebut saat ini pecah. Pertulisan terdapat di dua sisi. Sisi depan terdiri dari 9 baris, dan beberapa pertulisan di bagian atas hilang. Di sisi belakang terdapat 7 baris tulisan (Oetomo, RW. 2009:  102). Kondisi pertulisan secara umum telah aus mengingat bahan yang digunakan cenderung rapuh sehingga menyulitkan upaya pembacaan.

Foto: Prasasti Lubuk Layang tampak depan (Koleksi Pribadi: 2013)

Foto: Prasasti Lbuk Layang tampak belakang (Koleksi Pribadi: 2013) 

Buchari dan Satyawati Sulaiman sependapat bahwa terdapat 2 jenis tulisan pada prasasti Lubuk Layang atau disebut juga dengan Prasasti Kubu Sutan. Kedua tulisan tersebut agak berbeda dengan pertulisan yang biasa dipakai Adityawarman namun pertulisan tersebut sangat jauh berbeda dengan pertulisan yang umum dipakai rajaraja Sriwijaya. Pertulisan tersebut lebih mirip dengan pertulisan yang dipakai di Kamboja. Kemungkinan pertulisan tersebut berkaitan dengan Adityawarman, mengingat kebiasaannya menggunakan huruf dan bahasa yang berbeda. Keletakan prasasti Kubu Sutan berada di antara dua pusat kebudayaan besar, yaitu Pagaruyung dan Padang Lawas, tentu saja keduanya membawa pengaruh yang cukup kuat (Oetomo, RW. 2009:  113). Hal yang sama juga diketahui dari temuan prasasti yang terdapat daerah aliran Sungai Ganggo Hilia. Prasasti ini menggunakan setidaknya dua junis huruf dan bahasa yang berbeda, salah satunya adalah penggunaan Bahasa Jawa. Adapun isi dari pertulisan prasasti tersebut adalah pengumuman mengenai penggunaan mata air, yang boleh dipakai oleh siapa saja, bahkan untuk ternak (Setianingsih, 2006: 74-75). Tidak diketahui siapa yang menulis prasasti tersebut dan untuk tujuan apa sehingga perlu dituliskan dengan huruf dan bahasa yang berbeda? Hal ini menunjukkan bahwa di daerah tersebut terdapat dua kelompok yang menggunakan dua bahasa yang berbeda. 

Sumber:
1. Setianingsih, Rita Margaretha. 2005. “Prasasti Ganggo Hilia: Temuan Baru dari Sumatera
Barat”, dalam Berita Arkeologi Sangkhakala, No. 16, hlm. 65–78. Medan: Balai
Arkeologi Medan. 
2. Oetomo, R.W. 2009. Penelitian Arkeologi di Eks Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat. Medan: Balai Arkeologi Medan

No comments: